Di
indonesia, perayaan hari kelahiran memang terbilang krusial untuk sebagian
orang. Khususnya perempuan. Seorang perempuan tentu saja ingin kejutan di hari
ulang tahunnya itu. Entah itu kejutan dari teman-temannya, pacarnya, suaminya,
atau gebetannya. Bagaimana jika kejutan ini enggak ada? Bagaimana jika si
laki-laki lupa? Bagaimana jika si laki-laki enggak peka? Tenang aja. Perempuan
punya ribuan kode buat laki-laki sampai pada akhirnya si laki-laki peka. Gue
kasih tau nih ya beberapa kode perempuan yang paling kampret.
“sayang, leher aku gatel
nih”
Itu tandanya si perempuan minta di beliin kalung.
“sayang, tangan aku
alergi nih” itu tandanya dia pengen gelang.
“sayang liat deh mata
aku, merah kan?” itu tandanya dia minta di beliin insto.
Dari
beberapa kode yang gue share di atas itu hanyalah sebagian aja. Soalnya ini
semua bukan tentang kode para perempuan. Ini semua tentang gue. Ini semua
tentang Amel. Amel berhasil membuat gue melakukan hal yang enggak pernah gue
lakukan ke perempuan lain.
Siang
itu begitu terik. Bahkan untuk pergi jalan-jalan pun gue enggak tertarik.
Alhasil gue mengambil sikap untuk pergi tidur di bawah pohon yang di iringi
angin sepoy-sepoy. Sebelum tertidur gue melakukan ritual dengan cara berdo’a
agar mimpi gue dalam tidur selalu indah. Belum sempat selesai gue membaca do’a,
tiba-tiba saja handphne gue bergetar dengan berdering nada BBM yang berisi “ping”. Gue liat kontaknya ternyata BBM
itu dari seseorang yang masih gue kagumi. Yaps Amel.
“iya mel, ada apa?”
bales gue
“lu udah ngambil KHS?”
“udah mel, lu ke kampus
aja”
bales gue lagi
“oh gitu, ada
syarat-syarat tertentu enggak sih?”
“yang penting bayaran
mel”
“oh gitu, terus itu
katanya dapet pembimbing ya? Ngeliatnya dimana?”
“iya itu sesudah bayaran
lu ke fakultas ngambil KHS terus liat di madingnya ada nama pembimbing semester
2”
gue menjelaskan meskipun sebenarnya ngantuk
“oh oke, terus ngisi KRS
kapan?”
“syiiitttttt..........
BANYAK NANYA LU MEL, GAK TAU APA GUE NGANTUK PENGEN TIDUR. MENDINGAN LU KE
KAMPUS AJA NANYA SAMA ORANG FAKULTAS. BYEEEEEEE MAKSIMAL.”
Tentu saja kalimat itu gue simpan sebagai draft
“nggg..... anak-anak
katanya mau minggu depan. Gue sih ngikut aja dah.”
“yaudah makasih
andriiiiiiii” Amel kelihatan badmood
“ya mel, masama”
Setelah
chat gue yang terakhir cuma di read,
gue kembali memfokuskan diri untuk berdo’a agar tidur gue terjaga. Gue akhirnya
bisa tidur siang setelah sekian lama di sibukan dengan tugas-tugas kuliah yang
menurut gue enggak penting-penting amat. Gue tidur dengan keadaan ganteng dan
bermimpi dengan keadaan tampan.
Di
dalam mimpi itu gue melihat sesosok perempuan yang tidak asing bagi mata gue.
Orangnya cantik, senyumannya manis, gaya berjalannya seperti putri keraton.
Tidak salah lagi ia adalah manohara. Ah maaf gue bercanda. Maksud gue ia adalah
Amel. Dengan menatap matanya saja gue sudah bisa menyebut dia adalah Amel. Amel
hadir di mimpi gue dalam tidur gue di waktu siang hari. Keterlaluan!!!!!
Amel
terlihat ceria sekali. Senyumnya jelas mengarah pada satu orang. Yaitu gue.
Enggak ada orang lain selain kami berdua. Gue mulai mendekati Amel secara
perlahan. Semakin gue mendekat, semakin terlihat pula wajah cantik Amel di
hadapan gue. Gue lemah. Gue ingin rasanya membangunkan diri sendiri agar mimpi
ini berakhir. Tapi tak bisa. Tiba-tiba saja tangan gue memegang sebuah
bungkusan yang lucu. Amel menyebutnya kado.
“itu kado buat aku? Ihhhh
makasih andriiii” kemudian Amel berlari menjauh hingga
menghilang.
==================
Gue
terbangun dengan keadaan rindu. Gue memahami satu hal atas mimpi gue yang terjadi
di siang itu. Gue harus mencari tahu tentang hari kelahiran Amel. mimpi itu
menegaskan bahwa gue harus memberi setidaknya sabun mandi sebagai kado di hari
ulang tahunnya.
Gue
pergi ke facebooknya. Karena gue
berpikir facebook merupakan aplikasi yang menyediakan data diri seseorang
secara lengkap tanpa harus menjadi teman. tapi sayang hasilnya sia-sia. Amel
menyembunyikan semua data diri terhadap publik. Yang bisa mengetahui hanya
teman-temannya saja. Sial...... sia-sia gue buang kuota hanya untuk searching
data diri seorang Amel. Huft.........
Dengan
sikap pantang menyerah, gue melanjutkan pencarian data diri Amel melalui
aplikasi yang lain. Gue coba membuka line
gue yang sudah usang. Bahkan bisa di bilang penuh dengan sarang laba-laba. Gue
cari profil Amel. dan ternyata kami sudah berteman. Jadi gue enggak usah
repot-repot harus mengklik “add”. Gue
buka profilnya, dan zonk. Yang ada
hanya nama pacarnya dan foto-foto ia bersama pacarnya. Perih memang selalu
datang dengan sangat sederhana.
Belum
bertemu dengan kata menyerah, gue kembali melanjutkan pencarian lewat aplikasi Instagram. Gue yakin aplikasi ini akan
menunjukan data diri Amel terkait dengan hari kelahirannya. Hal yang pertama
yang membuat gue yakin adalah karena ada sebuah bio atau penjelasan tentang data diri yang di tulis secara random.
Dan hal yang kedua adalah karena Amel tipe perempuan alay yang suka memamerkan
tentang tempat tanggal lahir. Langsung aja gue pergi menuju profil Amel. Kebetulan
sekali akunnya bebas di lihat oleh semua orang. Maklum sebagian besar perempuan
cantik yang membuat privasi agar foto-fotonya tidak bisa di lihat oleh
sembarang orang. Lagi-lagi hasilnya tidak sesuai ekspektasi gue. Bionya Cuma
tertulis “Love mom, dad, and you”. Huft.....
Akhirnya
ada sebuah kata yang mulai mendatangi dan menunjukan gue ke tempat
beristirahat. Dengan kondisi lelah yang mulai tak tahu arah, gue menyerah.
Pencarian gue hanyalah sebuah kesia-siaan. Kuota gue yang tadinya melimpah,
mulai berkurang karena hal yang sia-sia. Ada sebuah bisikan yang mengatakan “kenapa enggak lu tanya langsung sih ke
orangnya?” namun hati gue menjawab “kalo
gitu efek kejutannya mengurang”.
Ada
sebuah pribahasa mengatakan “malu
bertanya sesat di jalan” tapi pribahasa itu enggak berpengaruh apa-apa buat
gue. Yang ada pribahasa itu gue ubah menjadi “malu bertanya so sad di jalan” karena sesungguhnya gue bukan
tersesat. Gue hanya sedang dalam kondisi sedih yang penyebabnya adalah gue
sendiri.
Dengan
keadaan yang seperti ini. Gue ruma bisa buka aplikasi BBM dan melihat RU lalu
gue scroll naik turun naik turun berharap ada sebuah info tentang hari
kelahiran Amel. 5 menit berlalu hanya ada judul-judul lagu yang enggak penting.
Memasuki menit ke-30, gilaaaaaaa enggak kerasa banget udah 30 menit gue
melakukan kegiatan yang enggak penting. Gue cuma melihat Amel mengganti gambar
profilnya. Ya lumayan menyejukan hati sih dengan melihat senyumnya di foto.
Tapi tetap saja rasa sedih ini masih menyelimuti hati gue.
Esok
harinya gue mendapat kabar yang kurang enak juga di pabrik. Gue mendapat kabar
ketidak lulusan dalam menghadapi seleksi menjadi pegawai di perusahaan itu.
Jedarrrrrrrrrrr!!!!!!!!!! Makin hancurlah hati dan mood gue sebagai seorang
laki-laki pada saat itu. Bahkan banyak teman yang bertanya “lu kenapa ndry?” gue dengan santai menjawab “gue enggak apa-apa bro”
Saking
hancurya hati gue. Raut wajah mengikuti suasana hati pada saat itu. Sampai
atasan pun bertanya kepada gue “kamu
sakit atau ada masalah ndry? Lagi-lagi gue hanya senyum dan berkata “saya enggak apa-apa pak”.
==================
Kegalauan
gue enggak berhenti di pabrik. Akun-akun sosmed yang gue punya penuh dengan
rasa keluh kesah gue. Sampai pada akhirnya Amel membaca dan nada bbm gue
berdering.
“kasian andriiiiii.
Huhuhuhu” Amel memulai chat
“enggak apa-apa mel. Gue
kuat”
“gue percaya ada hikmah
ndri di balik semua ini” Amel menyemangati
“iya mel, makasih”
Kemudian
chat kami hening beberapa menit. Dalam keheningan itu Amel mengganti sebuah
pesan status yang bisa di bilang ambigu. “28”.
Jujur gue bingung mengartikannya. Otak gue berpikir ini tanggal jadiannya.
Hati gue berkata tanggal itu hari kelahirannya. Tanpa berpikir panjang gue
langsung saja menanyakan tentang perihal angka yang di buatnya itu.
“mel, itu 28 maksudnya
hari ultah lu?” gue penasaran
“menurut lo?”
amel terlihat sinis karena mungkin gue kurang peka.
“ihh beneran? Untung
bukan tanggal 29 ya? Bisa 4 tahun sekali ultah lu kalo tanggal segitu. Hahaha”
ejek gue
“iya gue juga bersyukur
banget ndri. Hehe”
“dih mel gue bingung nih
mau ngadoin apa. Lu feminim banget ya? Enggak suka clu bola ya?”
“ngado yang special
pokoknya. Hahaha” amel mulai memberi kode
“aduh mel, yang special
tuh kaya gimana? Gue belum pernah ngadoin cewek sebelumnya?”
gue kebingungan. Maklum aja gue emang bener-bener belum pernah ngasih kado ke
perempuan. Pernah waktu itu mau ngasih tapi di putusin duluan. Perih memang
selalu berpihak kepada gue. Hikss......
“ihh andri mah, bodo ah
gua mau kado dari lu. Titik enggak pake koma apalagi sekarat.”
Amel maksa
Kemudian
ada hening yang panjang. Gue gak bales lagi chat Amel karena gua sibuk
memikirkan kado apa yang tepat untuk seorang Amel. Gue ingin kado yang beda
dari laki-laki kebanyakan. Gue juga ingin kado yang gue beri ke Amel enggak
bisa di lakukan oleh laki-laki lain. Gue sampai membuat hastag #AndriyTanya di RU bbm agar ada banyak
saran-saran yang masuk ke gue untuk masalah kado apa yang tepat untuk orang
yang special?
Ada
yang bilang handmate atau karya
tangan gitu. Tapi gue enggak punya keahlian apa-apa selain menggenggam erat
tangannya. Ada juga yang bilang tas atau jam tangan. Tapi gue masih gak setuju
karena tas dan jam tangan bisa dengan mudah di beri oleh laki-laki lain. Ada
lagi yang bilang “kadoin apa yang sering
di kodein aja”. Gue mulai agak setuju dengan saran yang satu ini. Karena
belum tentu kode yang sering di berikan ke gue akan di berikan ke orang lain
juga. Gue paham karakter Amel yang setia. Akhirnya gue dapet ide yang bagus
masalah kode-kodean gitu.
==================
Sehari
sebelum hari ulang tahunnya, gue pergi ke gramedia dengan sebut saja desta.
Desta ismi nama lengkapnya. Kalo enggak percaya cari aja di google. Karena
alasan tertentu namanya enggak gue samarkan. Desta adalah perempuan baik
lainnya yang hadir di hidup gue. Dari foto-foto di instagramnya, rambut desta
terlihat lurus. Badannya yang gempal dan postur tubuh yang di bawah rata-rata,
gue sepakat menyebutnya kurcaci Tangerang. Meskipun desta anti membaca dan
mabok dalam hal perbukuan, tapi jika gue ajak ke gramedia selalu saja mau.
Mungkin karena kasihan melihat tampang gue yang begitu menyedihkan ini.
Hiks.....
Sesampainya
di gramedia, desta dan gue berpencar. Desta pura-pura mencari dan membaca buku
yang ada di tempat itu. Padahal gue tau, mencium bau buku saja dia sudah
mual-mual. Tapi dia cukup kuat untuk menahan agar tidak muntah. Di sisi yang
lain, gue sibuk mencari buku untuk Amel. Cukup sulit mencari buku yang sering
Amel sebut-sebut ketika chatting. Kurang
lebih 20 menit, gue berhasil menemukan buku untuk Amel. Gue merasa perjuangan
gue enggak sia-sia. Gue hanya bisa berbangga diri stelah menemukan buku itu.
Esok
harinya gue bungkus buku itu dengan kertas kado berwarna pink. Karena gue tau
Amel sangat feminim. Mana mungkin suka warna biru dongker. Dengan sangat
buru-buru gue membungkusnya sehingga kado itu berbentuk flat tanpa hiasan apapun. (maaf ya mel). Gue bergegas menuju ke
kampus karena mata kuliah pertama ada di paggi hari. Amel sudah memberi kode
dengan mengganti gambar profil, dan spam status
di RU bbm. Gue sengaja enggak memberi ucapan sepatah atau dua patah kata pun
kepada Amel. Hingga pada siang harinya bbm gue berbunyi tanda masuk bbm dari
Amel.
“Andriiiiiiiiiii ihh lu
gak mau ngucapin sepatah dua patah kata apa buat gue?”
Kira-kira
seperti itu isi bbm dari Amel. Tapi dengan sengaja gue hanya membaca chat itu
tanpa membalasnya. Gue menunggunya di kelas. Teman-teman Amel juga sudah
bersiap memberikannya kejutan. Tapi gue tetap bersikap santai karena gue ingin
memberinya hadiah pada saat yang tepat.
“ndry, Amel ulang tahun
kali. Lu gak au ngucapin atau ngasih kado gitu. Payah amat”
salah satu temen gue menyindir
“kalem lah, buru-buru
amat” gue menjawab dengan santai.
Dengan
keadaan kelas yang begitu ramai, gue coba memberanikan diri untuk memberi kado
kepada amel. Sebenernya dag dig dug juga karena ini adalah pertama kalinya gue
memberi kado untuk perempuan di depan orang banyak. Bukan bermaksud ingin di
lihat atau apalah itu namanya. Hanya saja gue takut lupa dan malah nanti gue
bawa pulang lagi nih kado. Kan sayang.
“nih mel buat lu, selamet
ulang tahun ya.” Sambil menyodorkan kado dan bersikap
santai
“iya ndri makasih ya”
amel menerima dengan senyum manisnya. “lu
mau kue gak?” sambung Amel.
“mau lah, suapin ya!!”
gue manja.
Amel
hanya tersenyum. “nih aaaaaaaa” amel
menyodorkan sendok dan kue ke mulut gue.
Entah
bagaimana gue mengekspresikan rasa bahagia itu. Amel benar-benar membuat gue
sumringah. Kemudian gue berfoto alay dengannya. Meskipun tak banyak, setidaknya
ada moment yang bisa gue abadikan pada saat itu. Gue bener-bener enggak inget
pacarnya Amel pada saat itu. Seolah Amel adalah seorang jomblo yang sedang gue
buat bahagia.
Tapi
setelah gue pulang kuliah, seolah rasa senang itu hilang. Mulai terbesit lagi
bahwa Amel adalah milik orang lain. Huft gue sengaja enggak chat Amel karena
gue mempunyai firasat Amel sedang di manjakan oleh pacarnya. Belum sempat
hilang firasat gue. Tiba-tiba nada bbm gue berdering. Ternyata chat dari Amel.
“makasih ya ndri. Gue
seneng sama kadonya.”
“tapi ini masih ada
harganya”
“pokoknya makasih. Gue
senengggggggggg”
Dari
membacanya chat Amel gue seneng sekaligus malu karena harga buku itu masih
terpampang. Maklum karena buru-buru gue sampai lupa melepaskan harganya.
Kemudian gue coba kepo terhadap apa yang di berikan pacarnya.
“masama mel, seneng juga
bisa bikin lu seneng. Btw pacar lu ngajak lu maen kemana?”
“dia belum sama gue hari
ini L”
Duaaaarrrrr..................................
hancur hati gue ketika membaca chat Amel yang terakhir itu. Gue sengaja enggak
ngucapin pertama agar pacarnya bisa jadi orang pertama yang ngucapin. Gue juga
sengaja hanya memberikannya buku saja karena gue ingin pacarnya memberikan
lebih dari sebuah buku. Gue bener-bener kecewa sama pacarnya Amel. gue berpikir
kenapa harus gue yang mebuat Amel seneng. Kenapa bukan pacarnya.
Sejak
kejadian itu gue masih merasa bersalah. Meskipun Amel sering chat gue. Gue
balas dengan ala kadarnya saja. Gue enggak mau jadi perusak hubungan mereka.
Gue juga enggak mau bila pacarnya Amel curiga. Gue coba menjauh hingga saat
ini. Gue coba menghapus nama Amel dari hati gue. Sampai pada akhirnya gue
menemukan sebuah kalimat dari pepetah yang berbunyi :
“memang cinta perlu di perjuangkan, tapi berjuang tidak sebercanda itu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar